Label

Senin, 23 September 2013

Pengertian dan Sejarah Fotografi

I. PENDAHULUAN
Secara sekilas melakukan potret-memotret adalah perkara yang mudah. Fotografi bukan lagi sebuah bidang yang hanya digeluti oleh segelintir orang dengan keahlian khusus pula, namun kini hamper semua orang familiar dengan dunia “mat kodak” ini. Bahkan kini, fotografi digital menjadi kebutuhan setiap orang, apalagi ditunjang dengan hadirnya kamera digial yang tertanam pada ponsel dengan teknologi yang tak kalah dengan kamera-lamera biasa.
Fotografi menjadi sebuah dunia yang kian merakyat dan inklusif. Fotografi juga erat kaitannya dengan dunia jurnalistik. Foto bisa dijadikan sebagai penyempurna berita dan bisa memberikan gambaran dari berita tersebut. Foto dalam berita juga terkadang memiliki seni-seni tersendiri, atau bisa di katakan fotografi
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fotografi, maka dalam makalah ini akan di uraikan beberapa permasalahan mengenai fotografi.
II. RUMUSAN MASALAH
A.    PENGERTIAN FOTOGRAFI
B.     SEJARAH FOTOGRAFI
III. PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN FOTOGRAFI
Definisi fotografi, fotografi berasal dari bahasa Yunani yaitu Phobos yang berarti cahaya dan graphoo yang berarti menulis. Fotografi adalah pembuatan gambar dengan menggunakan lensa dan film atau pelat peka cahaya. Istilah fotografi pertama kali digunakan oleh Sir John Herschel pada tahun 1839.[1]
Dalam kamus bahasa Indonesia pengertian fotografi adalah seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya pada film. Pendek kata, penjabaran dari fotografi itu tak lain berarti “menulis atau melukis dengan cahaya”. Tentunya hal tersebut berasal dari arti kata fotografi itu sendiri yaitu berasal dari bahasa Yunani, photos (cahaya) dan graphos yang berarti tulisan.
Fotografi menurut Amir Hamzah Sulaeman mengatakan bahwa fotografi berasal dari kata foto dan grafi yang masing-masing kata tersebut mempunyai arti sebagai berikut: foto artinya cahaya dan grafi artinya menulis jadi arti fotografi secara keseluruhan adalah menulis dengan bantuan cahaya, atau lebih dikenal dengan menggambar dengan bantuan cahaya atau merekam gambar melalui media kamera dengan bantuan cahaya.[2]
Sedangkan fotografi jurnalistik, menurut hanapi yang dimaksud dengan fotografi jurnalistik yaitu kegiatan fotografi yang bertujuan merekam jurnal peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia. Wilson hick dalam bukunya Word and Picture memberi batasan fotografi jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan.
Sedangkan Soelarko mendefinisikan foto jurnalistik sebagai foto berita atau bisa juga diesbut sebagai sebuah berita yang disajikan dalam bentuk foto. Sementara Oscar Motuloh, fotografer senior Biro Foto LKBN Antara Jakarta menyebut foto jurnalistik adalah medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada suatu masyarakat seluas-luasnya, bahkan hingga kerak dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
B.     SEJARAH FOTOGRAFI
Sejarah fotografi berawal dari dua penemuan berbeda di bidang fisika dan kimia yang mulanya tidak saling berhubungan, yaitu penemuan kamera dan penemuan film. Berabad-abad yang lalu orang telah mengetahui bahwa, jika cahaya lurus melalui sebuah lubang kecil kedalam sebuah ruangan yang gelap, maka pada dinding dihadapannya akan terlihat bayangan dari obyek yang ada didepan lubang itu dalam keadaan terbalik. Ruangan seperti itu disebut “camera obscura” yang artinya adalah kamar gelap. Dari kata majemuk itulah lahir istilah kamera, untuk menyebut alat pembuat foto.
Beberapa kalangan menyebutkan bahwa seorang pria bernama Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena fotografi. Pada abad ke-5 sebelum masehi (SM), Mo Ti mengamati sebuah gejala, apabila dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil, maka sinar yang melawti lubang tadi akan merefleksikan pemandangan di luar ruang itu.
Tetapi kalangan lain juga menyebutkan bahwa seorang ilmuan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) telah lebih dulu menyadari fenomena tersebut. Al Hazen, yang mengamati fenomena munculnya gambar unta terbalik di dalam tendanya, kemudian mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera.
Pada tahun 1558, seorang ilmuan italia, Glambattatista della Porta menyebutkan istilah “Camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar.[3]
Sumber lain menyebutkan, media foto pertama kali ditemukan oleh Joseph Nicephone Niepce yang memulai pekerjaannya dalam bidang ini pada tahun 1813. Pada awalnya, Niepce masih mencoba-mencoba dengan menggunakan peralatan tradisional, dan baru pada tiga tahun berikutnya sistem film negative seperti apa yang kita kenal saat ini ia temukan.
Sedangkan peralatan modern dalam bentuk Kodak dan gulungan film seperti yang digunakan sekarang, baru mulai ditemukan oleh George Eastman pada tahun 1877, di New York. Ketika itu dia sedang bekerja sebagai salah seorang karyawan bank di kota Rochester, New York. Eastman kemudian mengembangkan temuannya itu, hingga pada tahun 1889 ia membuka usaha dalam bidang perfotoan yang lebih modern. Ketika itu ia mulai memperkenalkan film transparan dalam bentuk flexible film. Bentuk kamera kecil mulai popular di Amerika pada tahun 1920-an.[4]
Fotografi juga merupakan gambar, fotopun merupakan alat visual efektif yang dapat menvisualkan sesuatu lebih kongkrit dan akurat, dapat mengatasi ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat lain dapat dilihat oleh orang jauh melalui foto setelah kejadian itu berlalu.
Pada dasarnya tujuan dan hakekat fotografi adalah komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara fotografer dengan penikmatnya, yaitu fotografer sebagai pengatar atau perekam peristiwa untuk disajikan kehadapan khalayak ramai melalui media foto.
Fotografi kewartawanan mempunyai daya jangkau yang sangat luas. Dia menyusupi seluruh fase intelektual hidup kita, membawa pengaruh besar atas pemikiran dan pembentukan pendapat publik. Kerja seorang wartawan foto adalah titipan mata dari masyarakat di mana fot yang tersaji adalah benar-benar bersifat jujur dan adil. Fotografi kewartawanan atau jurnalis adalah profesi pekerjaan untuk memperoleh bahan gambar bagi pemakaian editorial dalam surat kabar, majalah serta penerbitan lain. Sedangkan pekerjaannya sendiri memperoleh gambar-gambar yang akan melukiskan berita, memperkuat berita yang ditulis oleh reporter dan menyajikan berita secara visual.
Photo-Journalism menurut Norman, dipahami sebagai mencakup kombinasi gambar-gambar(ilustrasi) dan cerita (story). (1981; 183) fotografi pers merupakan pekerjaan memperoleh bahan gambar-gambar bagi pemakai editorial dalam surat kabar, majalah dan penerbitan lainnya, sudah ada pada pers Indonesia. Pekerjaan press fotographer adalah memperoleh gambar-gambar yang akan melukiskan berita, memperkuat cerita yang ditulis oleh reporter dan menyajikan berita secara visual.[5]
Fotografi juga berkembang pesat dengan diproduksinya berbagai model kamera, seperti kamera refleksi lensa kembar (Twin Lens Reflex), kamera refleksi lensa tunggal (Single Lens Reflex), kamera format besar, hingga pocket camera/compact camera.  Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR). Pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Kemajuan teknologi turut memacu pesatnya perkembangan fotografi. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film yang terpisah. Revolusi dunia fotografi dimulai dengan ditemukannya teknologi digital di abad ke-21. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar ukuran kecil yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam seukuran papan reklame.[6]
Kronologi perkembangan fotografi dimulai dengan:
  • Foto Heliografi dengan subyek pemandangan yang pertama dibuat oleh Joseph Nicéphore Niépce pada tahun 1826.
  • Boulevard du Temple, foto Daguerreotype pertama yang dibuat oleh Daguerre pada sekitar tahun 1838-1839
  •  1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto Heliografi yang pertama dengan subyek Paus Pius VII, menggunakan proses heliografik. Salah satu foto yang bertahan hingga sekarang dibuat pada tahun 1825.
  • 1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang pertama, yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam.
  • 1835 – William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru.
  • 1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.
  • 1839 – William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang disebut Tabotype.
    1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer.
  • 1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid.
  • 1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating camera yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card)
  • 1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell.
  • 1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography.[7]








Tidak ada komentar:

Posting Komentar