I. PENDAHULUAN
Secara sekilas melakukan potret-memotret
adalah perkara yang mudah. Fotografi bukan lagi sebuah bidang yang hanya
digeluti oleh segelintir orang dengan keahlian khusus pula, namun kini hamper
semua orang familiar dengan dunia “mat kodak” ini. Bahkan kini, fotografi
digital menjadi kebutuhan setiap orang, apalagi ditunjang dengan hadirnya
kamera digial yang tertanam pada ponsel dengan teknologi yang tak kalah dengan
kamera-lamera biasa.
Fotografi menjadi sebuah dunia yang kian
merakyat dan inklusif. Fotografi juga erat kaitannya dengan dunia jurnalistik.
Foto bisa dijadikan sebagai penyempurna berita dan bisa memberikan gambaran
dari berita tersebut. Foto dalam berita juga terkadang memiliki seni-seni
tersendiri, atau bisa di katakan fotografi
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
fotografi, maka dalam makalah ini akan di uraikan beberapa permasalahan
mengenai fotografi.
A. PENGERTIAN
FOTOGRAFI
B. SEJARAH
FOTOGRAFI
III.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
FOTOGRAFI
Definisi fotografi, fotografi berasal dari bahasa
Yunani yaitu Phobos yang berarti cahaya dan graphoo yang berarti menulis.
Fotografi adalah pembuatan gambar dengan menggunakan lensa dan film atau pelat
peka cahaya. Istilah fotografi pertama kali digunakan oleh Sir John Herschel
pada tahun 1839.[1]
Dalam
kamus bahasa Indonesia pengertian fotografi adalah seni atau proses penghasilan
gambar dan cahaya pada film. Pendek kata, penjabaran dari fotografi itu tak
lain berarti “menulis atau melukis dengan cahaya”. Tentunya hal tersebut
berasal dari arti kata fotografi itu sendiri yaitu berasal dari bahasa Yunani, photos
(cahaya) dan graphos yang berarti tulisan.
Fotografi menurut Amir Hamzah Sulaeman mengatakan bahwa fotografi
berasal dari kata foto dan grafi yang masing-masing kata tersebut mempunyai
arti sebagai berikut: foto artinya cahaya dan grafi artinya menulis jadi arti
fotografi secara keseluruhan adalah menulis dengan bantuan cahaya, atau lebih
dikenal dengan menggambar dengan bantuan cahaya atau merekam gambar melalui
media kamera dengan bantuan cahaya.[2]
Sedangkan fotografi jurnalistik, menurut hanapi yang dimaksud
dengan fotografi jurnalistik yaitu kegiatan fotografi yang bertujuan merekam
jurnal peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia. Wilson hick dalam bukunya Word
and Picture memberi batasan fotografi jurnalistik adalah media komunikasi
verbal dan visual yang hadir bersamaan.
Sedangkan Soelarko mendefinisikan foto jurnalistik sebagai foto
berita atau bisa juga diesbut sebagai sebuah berita yang disajikan dalam bentuk
foto. Sementara Oscar Motuloh, fotografer senior Biro Foto LKBN Antara Jakarta
menyebut foto jurnalistik adalah medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti
visual atas suatu peristiwa pada suatu masyarakat seluas-luasnya, bahkan hingga
kerak dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
B. SEJARAH
FOTOGRAFI
Sejarah fotografi berawal dari dua penemuan berbeda
di bidang fisika dan kimia yang mulanya tidak saling berhubungan, yaitu
penemuan kamera dan penemuan film. Berabad-abad yang lalu orang telah
mengetahui bahwa, jika cahaya lurus melalui sebuah lubang kecil kedalam sebuah
ruangan yang gelap, maka pada dinding dihadapannya akan terlihat bayangan dari
obyek yang ada didepan lubang itu dalam keadaan terbalik. Ruangan seperti itu
disebut “camera obscura” yang artinya adalah kamar gelap. Dari kata majemuk
itulah lahir istilah kamera, untuk menyebut alat pembuat foto.
Beberapa kalangan menyebutkan bahwa seorang pria
bernama Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena fotografi. Pada abad
ke-5 sebelum masehi (SM), Mo Ti mengamati sebuah gejala, apabila dinding
ruangan yang gelap terdapat lubang kecil, maka sinar yang melawti lubang tadi
akan merefleksikan pemandangan di luar ruang itu.
Tetapi kalangan lain juga menyebutkan bahwa seorang
ilmuan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) telah lebih dulu menyadari fenomena
tersebut. Al Hazen, yang mengamati fenomena munculnya gambar unta terbalik di
dalam tendanya, kemudian mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai
kamera.
Pada tahun 1558, seorang ilmuan italia,
Glambattatista della Porta menyebutkan istilah “Camera obscura” pada sebuah
kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar.[3]
Sumber lain menyebutkan, media foto pertama kali
ditemukan oleh Joseph Nicephone Niepce yang memulai pekerjaannya dalam bidang
ini pada tahun 1813. Pada awalnya, Niepce masih mencoba-mencoba dengan
menggunakan peralatan tradisional, dan baru pada tiga tahun berikutnya sistem
film negative seperti apa yang kita kenal saat ini ia temukan.
Sedangkan peralatan modern dalam bentuk Kodak dan
gulungan film seperti yang digunakan sekarang, baru mulai ditemukan oleh George
Eastman pada tahun 1877, di New York. Ketika itu dia sedang bekerja sebagai
salah seorang karyawan bank di kota Rochester, New York. Eastman kemudian
mengembangkan temuannya itu, hingga pada tahun 1889 ia membuka usaha dalam
bidang perfotoan yang lebih modern. Ketika itu ia mulai memperkenalkan film
transparan dalam bentuk flexible film. Bentuk kamera kecil mulai popular di
Amerika pada tahun 1920-an.[4]
Fotografi juga merupakan gambar, fotopun merupakan alat
visual efektif yang dapat menvisualkan sesuatu lebih kongkrit dan akurat, dapat
mengatasi ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat lain dapat dilihat
oleh orang jauh melalui foto setelah kejadian itu berlalu.
Pada dasarnya tujuan dan hakekat fotografi adalah komunikasi.
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara fotografer dengan
penikmatnya, yaitu fotografer sebagai pengatar atau perekam peristiwa untuk
disajikan kehadapan khalayak ramai melalui media foto.
Fotografi kewartawanan mempunyai daya jangkau yang sangat
luas. Dia menyusupi seluruh fase intelektual hidup kita, membawa pengaruh besar
atas pemikiran dan pembentukan pendapat publik. Kerja seorang wartawan foto
adalah titipan mata dari masyarakat di mana fot yang tersaji adalah benar-benar
bersifat jujur dan adil. Fotografi kewartawanan atau jurnalis adalah profesi
pekerjaan untuk memperoleh bahan gambar bagi pemakaian editorial dalam surat
kabar, majalah serta penerbitan lain. Sedangkan pekerjaannya sendiri memperoleh
gambar-gambar yang akan melukiskan berita, memperkuat berita yang ditulis oleh
reporter dan menyajikan berita secara visual.
Photo-Journalism menurut Norman, dipahami sebagai mencakup
kombinasi gambar-gambar(ilustrasi) dan cerita (story). (1981; 183) fotografi
pers merupakan pekerjaan memperoleh bahan gambar-gambar bagi pemakai editorial
dalam surat kabar, majalah dan penerbitan lainnya, sudah ada pada pers
Indonesia. Pekerjaan press fotographer adalah memperoleh gambar-gambar yang
akan melukiskan berita, memperkuat cerita yang ditulis oleh reporter dan
menyajikan berita secara visual.[5]
Fotografi juga berkembang pesat dengan diproduksinya berbagai
model kamera, seperti kamera refleksi lensa kembar (Twin Lens Reflex), kamera
refleksi lensa tunggal (Single Lens Reflex), kamera format besar, hingga pocket
camera/compact camera. Tahun 1950 mulai
digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex
(SLR). Pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan
produksi kamera NIKON. Kemajuan teknologi turut memacu pesatnya perkembangan
fotografi. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh
Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses
pengembangan dan pencetakan film yang terpisah. Revolusi dunia fotografi
dimulai dengan ditemukannya teknologi digital di abad ke-21. Kalau dulu kamera
sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar ukuran kecil yang tidak terlalu
tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang
sangat tajam seukuran papan reklame.[6]
Kronologi perkembangan fotografi dimulai
dengan:
- Foto Heliografi dengan subyek pemandangan yang
pertama dibuat oleh Joseph Nicéphore Niépce pada tahun 1826.
- Boulevard du Temple, foto Daguerreotype pertama
yang dibuat oleh Daguerre pada sekitar tahun 1838-1839
- 1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat
foto Heliografi yang pertama dengan subyek Paus Pius VII, menggunakan
proses heliografik. Salah satu foto yang bertahan hingga sekarang dibuat
pada tahun 1825.
- 1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto
pemandangan yang pertama, yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam.
- 1835 – William Henry Fox Talbot menemukan
proses fotografi yang baru.
- 1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.
- 1839 – William Henry Fox Talbot menemukan
proses positif/negatif yang disebut Tabotype.
1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer. - 1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan
proses koloid.
- 1854 – André Adolphe Eugène Disdéri
memperkenalkan rotating camera yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam
satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut
dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu.
Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa
Inggris:visiting card)
- 1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan
James Clerk Maxwell.
- 1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode
subtractive color photography.[7]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar